Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 April 2024

Pemimpi memimpin

Dulu, nun jauh dikala dirimu masih jadi gembala ternak. Dulu, ketika dikau masih bersenda gurau dikubangan. Kau dan temanmu selalu berkhayal akan ini dan akan itu jika dirimu menjadi pemimpin. Kau dan sohibmu selalu bergumam tak akan ini dan tak akan itu jika kau yang dapatkan kuasa atas negerimu.

Cerita masa lalu anak kecil selalu begitu, bermimpi sesukanya berceritera sekenanya. Belum ada beban dipundaknya, belum ada gangguan di saraf otaknya. cerita renyah akan masa depan negeri seolah mudah begitu saja dapat diubahnya. itulah anak kecil. sang pemimpi ingin memimpin.

Nah.. ada kata tapi nya ni kawan. Lain lubuk lain belalang, lain ladang lain belalang. tentu lain dulu pun lain sekarang. Dulu ceritanya begitu, sekarang tentu lah begini. karena kata orang-orang setiap masa ada orangnya pun setiap orang ada masanya. 

Dulu dirimu berkhayal melintasi ruang dan waktu, katanya kau ingin menjadi pemimpin lalu kau akan sejahterakan rakyatmu jika khayalan itu jadi nyata. dulu dirimu berimajinasi tak akan pernah korup seperak pun jika kepercayaan itu kau dapatkan.

Lagi itu dulu kawan..

Saat rasa laparmu masih bisa kau topang dengan sepotong bakwan Cek Murni.

Saat rasa dahagamu masih bisa kau hilangkan dengan menenggak air kran Masjid.

Tentu pun beda dengan sekarang kawan. 
Cek Murni sudah lama tiada, sehingga sambal bakwannya itu tak dapat lagi kau rasa.
Air kran Masjid tak lagi diterima oleh Cacing diperutmu, karna sudah terbiasa dengan air destilasi atau apalah namanya.

karnanya kawan, lain ladang lain belalang


Kamis, 29 September 2022

Petunjuk Pembuatan Akun Pendataan non ASN

 Tenaga kerja non ASN atau tenaga kerja honorer tentu mendapat angin segar dari pemerintah. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya berkembang informasi bahwa tenaga honorer akan dirumahkan mulai tahun 2023.

Pemerintah Pusat melalui BKN melakukan pendataan tenaga NON ASN dengan cara pembuatan akun. Pendataan tenaga non ASN tersebut dilaksanakan oleh BKN melalui satuan perangkat kerja di masing-masing kabupaten atau pun kota.

Pembuatan akun non ASN tersebut dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing tenaga kerja non ASN.

Oleh karenanya, berikut saya bagikan panduan pendaftatan akun pendataan non ASN untuk mempermudah rekan-rekan sekalian

Pedoman Pendaftaran ASN


Selasa, 31 Mei 2022

Tak Kusangka Aku Melamarmu

 

Pagi itu pikirannya meracau. Jamal mulai bingung dengan dirinya sendiri.  Gadis itu telah membuatnya tak bisa tidur.

Bagaimana tidak, seminggu melaksanakan kegiatan bersama telah membuat Jamal jatuh hati.

“Ah” gumam Jamal

“aku mungkin saja tertarik padana, tapi tak mungkin dia mau padaku” ungkap Jamal dalam hatinya.

Dipandangnya nanar ikan yang sedang bertengkar memperebutkan pelet didalam kolam. Dia kembali tersenyum dalam kesendiriannya.

“aduh, ampun” umpat Jamal. “Apa yang harus aku lakukan?” pekiknya. Untung tidak ada yang mendengar teriakannya. Tempat itu masih sepi dipagi hari, karena jauh dari keramaian.

Jamal duduk disebuah kebun yang terdapat kolam ikan disekelilingnya. Tempat itu merupakan usaha rintisannya bersama beberapa teman. Memang terdengar keren, seorang anak muda pengusaha kolam ikan, tapi tak usah dibayangkan berapa penghasilan mereka. Sampai dua tahun mereka masih perlu mencari tambahan modal kesana kemari akibat selalu menderita gagal panen.

Kembali ke suasana hati Jamal.

Siapa gadis itu?

Dia adalah adik kelasnya beberapa tahun yang lalu. Mereka dulunya tak saling kenal, Jamal justru mengenali wanita itu baru 2 bulan yang lalu dan baru tahu kalau mereka pernah bersekolah ditempat yang sama.

Flasback ke beberapa minggu yang lalu. Pada sebuah lembaga yang didirikannya bersama beberapa orang teman, Jamal merencakan melaksanakan sebuah kegiatan pelatihan untuk para remaja. Mereka bersepakat untuk mengadakannya selama seminggu penuh, tentunya peserta akan diinapkan disuatu tempat. Singkatnya, seluruh perencanaan dan kepanitian sudah terbentuk dan masing-masing seksi menjalankan tuganya masing-masing.

Tiba hari pelaksanaan kegiatan, seluruh peserta berdatangan dan panitia sudah siap menyambut mereka. Disitulah kegalauan Jamal dimulai.

Disela-sela istirahat panitia, perhatian Jamal terganggu dengan sebuah pemandangan yang baginya tak biasa. Pada saat-saat jam kosong, salah seorang panitia selalu menyendiri. Dia memilih tempat secara acak, kadang di taman, kadang diteras gedung, dan juga disudut-sudut ruangan.

Jamal penasaran dengan sikap panitia yang satu ini. Dia semakin ingin tahu apa sebenarnya akitiftas yang dilakukannya.

Jamal bertanya kepada si Rini, Rini sahabat dari perempuan yang sering menyendiri itu.

“Naya kenapa rin” tanya Jama ke rini.

“kenapa apanya bang?” rini balik bertanya. “perasaan dia gak kenapa-kenapa, biasa-biasa saja”. Tambah rini.

“Bukan begitu rin, aku perhatikan sikapnya agak aneh”. Kata Jamal

“aneh kenapa bang? Perasaan dia biasa-biasa saja” rini menaikkan nada suaranya. Anak ini logatnya memang agak keras. Meski bicara biasa saja, nadanya pasti tinggi.

“dia sering menghilang dari kerumunan kalian, terutama waktu panitia istirahat” Jamal mulai menjelaskan.

“aku lihat dia duduk sendiri, kalau tidak ditaman, diruangan, atau ada pernah di sudut gedung. Ada masalah dengan kalian?” tanya Jamal.

“OOO itu” rini mulai mengerti maksud Jamal. Rini memang paham sekali kebiasaan naya, tapi rini tak mau menyampaikannya ke Jamal.

“Abang lihat saja sendiri, ngapain saja dia disitu” rini menimpali dengan nada sedikit menyolot.

“ah kau rini, bikin orang penasaran saja. Ya udahlah, yang penting gak ada masalah dengan kailankan. Bukannya apa-apa rin, aku Cuma mau memastikan semua baik-baik saja supaya kegiatan kita sukses” Jamal meyakinkan Rini, meski dia semakin penasaran apa yang dilakukan Naya.

“aman bang, gak ada masalah. Naya memang begitu kebiasaannya” tambah rini.

Setelah pembicaraan dengan rini, Jamal tetap mencari tahu apa yg dilakukan oleh Naya. 

Diam-diam Jamal mulai menguntit kemana Naya pergi. Kegiatan sudah memasuki hari keempat, siang itu Naya terlihat dibangki taman sendirian sambil menunduk. 

Jamal berpura-pura lewat didepan Naya, niatnya hendak menegur. Jaraknya hanya tinggal beberapa langkah lagi, tiba-tiba langkah Jamal terhenti. Ada suara sayup lembut terdengar di telinganya. 

Lantunan ayat-ayat Al Qur'an samar terdengar dari jarak beberapa langkah didepannya. Jamal tercenung, "suara Naya kah itu?" Gumamnya. Sejenak tercenung, lalu Jamal tersadar bahwa benar gadis yang ada didepannya lah yang sedang membaca Al Qur'an.

Jamal makin penasaran dengan Naya. Siapakah gadis ini, apa ini kegiatannya setiap menyendiri?. 

Jamal mulai memperhatikan Naya dengan setiap hari. Dan ternyata setiap hari Naya menyendiri dan kegiatannya sama yaitu membaca Al Qur'an.

Jamal mulai menaruh hati pada Naya. Namun kegalauan berkecamuk dipikirannya. "Apakah rasanya ini akan berbalas, atau malah akan menjadi kekecewaan?

Kegiatan mereka akan berakhir besok pagi, sedangkan Jamal masih kalut dengan batinnya sendiri. Dia sudah terlanjur simpati pada gadis misterius itu. Dia tak mau kehilangan kesempatan.

Keesokan harinya, kegiatan pelatihan yang mereka adakan selama 1 minggu penuh resmi berakhir. Sedangkan Jamal masih dalam kebingungannya sendiri. Tak seperti biasanya, dia tampak seperti orang yang telah kehilangan kesadaran. Hal ini disadari oleh temannya yang bernama Riyan.

"kenapa kau mal?" tanya riyan.

"Tak ada apa2 yan" jawab Jamal sekenanya sambil mata melihat tak tentu arah

"Gak mungkin gak ada apa-apa" kata Riyan. 

"Dari kemarin sikap mu berubah""kau seperti orang kebingungan" sambung Riyan

"ah, biasa aja kawan, aku cuma agak kelelahan. Kan seminggu ini kita kurang tidur" kata Jamal sambil berusaha menutupi apa yang sedang dia pikirkan.

Riyan tak percaya pada Jamal. "Gak baek simpan masalah sendiri, apa gunanya teman kalau gak bisa berbagi" Riyan setengah menggurui.

Jamal mengalah, kegalauannya ternyata semakin parah. "Besoklah aku cerita yan, kita selesaikan saja penutupan acaranya dulu" Jama berusaha menenangkan diri, meski itu sangat tak mungkin.

Keesokan harinya, Jamal benar-benar mendatangi Riyan.

"Yan, kita ke sungai yuk!" Jamal sedikit memaksa 

"ngapain?" Jawab Riyan.

"aku lagi bingung ni, cuma kau yang punya solusinya" kata Jamal meyakinkan Riyan agar dia mau ikut ke sungai.

"Okelah, yuk jalan" Riyan merapikan kemejanya dan beranjak kehalaman rumah.

Lalu mereka melaju membonceng sepeda motor menuju sungai yang berjarak 5 km dari rumah Riyan. Tidak begitu jauh, hanya butuh waktu 10 menit mereka sudah tiba di sungai.

"Aku bingung yan" Jamal memulai pembicaraan

"Memangnya ada masalah apa kau mal?" tanya Riyan

"Aku suka sama seseorang yan" Jamal memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya ke Riyan

"Kalau suka ya sampaikanlah, jangan dipendam-pendam, repot amat!" Riyan menimpali dengan ketus. Memang kawan yang satu ini suka blak-blakan, gak ada remnya kalau kasih pendapat.

"Itu dia masalahnya, aku takut ditolak yan" Jamal bicara sambil menunduk.

"cemen kali kau mal, masak ditolak saja kau takut!" Riyan mengejek

"memangnya siapa perempuan itu?" tanya Riyan.

"Naya" jawab Jamal

"Apaaaa? siapa???" Riyan terkejut mendengar nama gadis itu

"Naya!" Jamal kembali mengulang namanya

"Kau pasti ditolak" timpal Riyan. "Berani sekali kau suka sama dia" Riyan menaikkan nada suaranya.

"Memangnya kenapa yan?" tanya Jamal. "apanya yang salah?" tambah Jamal.

"Bang Dani udah lamar dia mal!". "Tapi ditolak orang tuanya" kata Riyan

"Bang Dani, yang orang Sumatra?" tanya Jamal

"Ya, ditolak karena orang jauh" "ayahnya gak setuju, takut dibawa jauh" kata Ryan.

"Berarti ada peluang untuk aku yan" kata Jamal

"Udah siap menikah kau mal?" tanya Riyan tegas.

"ya belum lah" Jawab Jamal

"kalau belum siap, mendingan kau urungkan saja niatmu untuk nembak Naya" kata Riyan

"Macam mana kawan ini, bukannya dukung kawan tapi malah menjatuhkan" kata Jamal memelas

"Aku gak bisa bantu mal, kalau kau berani terserah kaulah! kata Riyan

Pupus harapan Jamal, tadinya dia berpikir bahwa Riyan dapat memberi jalan keluar dari masalah yang membingungkannya. Ternyata Riyan malah menjatuhkan semangatnya.

Malam haripun tiba, seperti beberapa malam sebelumnya Jamal tetap tak bisa tidur. bayang-bayang gadis itu menghantuinya. Dia bingung harus mulai darimana. Yang jelas dia tak mungkin mengajaknya bertemu, jangankan telpon bicarapun tak pernah.

Setelah beberapa jam duduk termenung dikolam.

Akhirnya Jamal mengumpulkan keberanian.

Diambilnya hp, Jamal mulai mengetik sms. Lalu dihapusnya lagi, diketiknya, dihapusnya lagi. Terus saja berulang-ulang sampai hampir 20 kali.

terus kali terakhir

(Assalamu'alaikum) sms Jamal ke Naya

(Wa'alaikumsalam) balas Naya seketika.

(Aku simpati sama Naya). Jamal sambil menutup mata mengirim sms itu ke Naya.

dag dig dug.....

jantung Jamal berdebar kencang, keringat dingin membasahi bajunya. Sudah beberapa lama Naya tak kunjung membalas.


Tiba-tiba hp Jamal berbunyi

Tit Tit.... tanda sms masuk


(Abang siap nikah?)

balasan singkat Naya membuat jantung jamal tiba-tiba berhenti berdetak.

Suasana hening, ikan dikolam tampak tak lagi berenang. Pepohonan disekitar kebun terdiam meski angin kencang bertiup.

Jamal menatap layar Hp nya seakan tak percaya apa yang sedang dia baca.

Tak lama, Jamal tersadar dari lamunannya dan mulai berpikir harus menjawab apa.

"betul kata Riyan, kalau belum siap menikah mending jangan kau tembak dia" gumam Jamal dalam hati.

"habis aku" kata Jamal mengumpat.

Pikirannya mulai berputar, apa yang harus dia balas ke Naya.

Kalau dia bilang belum siap, mungkin harapan menuju Naya akan hilang.

Kalau dia bilang siap, dia benar-benar belum siap.

Dalam kegalauannya itu, Jamal bermohon petunjuk kepada Sang Khalik. Kemudian akhirnya dia mendapatkan jawaban yang mungkin tepat.


(INSYAALLAH). itulah jawaban yang Jamal kirim ke Naya


lalu suasana batin Jamal, yang tadinya berkecamuk menjadi seolah damai, tenang, legaaaaa....


The End


Kamis, 29 November 2018

Lirik Lagu Tanpa Judul


Tulisan tangan : Dedi Fazli

Mata dek sayu

Bibi merah hu indah meucahya

Tetarek hatee loen nyoe

Minat hate jak padu cinta

Keu uloen dara jeulita

sang dinda yang uloen cinta


Hana laen bahagia uloen nyoe

Seulaen cinta lon sayang

Adek yang pinta...

Hana Laen bahgia uloen nyoe

Seulaen cinta dek sayang 

Chit ka uloen nyoe


Bahagia... hate lon nyoe

meunyoe memang adek setia


Pu keuh dek gata pih na

Rasa cinta lagee lon rasa

menyoe memang pih na

bahagia ha... te lon nyoe...

Senin, 15 Oktober 2018

Penantian Kelahiran Anak Pertama

Januari 2012. Masa-masa penantin itu semestinya tiba diakhir-akhir bulan ini, sedangkan sekarang tahun baru saja berganti. Hati gundah gulana dalam penantian panjang 8 bulan yang telah dilalui. Maklum, ini pengalaman pertama kami menanti kehadiran buah hati. Susah, senang, galau, bercampur menjadi satu layaknya gado-gado yang bercampur berbagai rempah. Setiap hari menjelang masa-masa itu, kami mepersiapkan segala kebutuhan dengan segala keterbatasan yang ada. Anak pertama biasanya masih serba baru, mulai dari popok, selimut, dan kebutuhan lainnya.
Minggu pertama januari telah berlalu, tanda-tanda akan kelahiran si buah hati belum saja muncul. Tak apalah, toh prekiraannya masih di akhir bulan ataupun jika meleset bisa saja di awal bulan Februari. kapanpun itu kami tak masalah, yang penting ibu dan anak dapat terlahir dengan selamat, sehat tak kurang sesuatu apapun.
Sekarang sudah tanggal 11 Januari 2012, Setiap hari dipagi hari aku menemani istri berolahraga dengan berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai di tempat kami tinggal lalu mendaki ke atas badan jembatan yang lumayan tinggi kemudian beriringan menuju pasar melepas lelah disebuah kedai kopi sambil menikmati goreng pisang yang masih hangat karna baru saja digoreng. Kata orang-orang tua kami, aktifitas seperti ini sangat dianjurkan bagi ibu hamil mendekati masa-masa kelahiran agar mudah pada saat melahirkan.
11, 12,13,14 Januari berlalu, aktifitas dipagi hari tetap saja seperti kemarin-kemarin dan kemudian masing-masing kami melanjutkan aktifitas keseharian sebagaimana biasanya. Semua biasa saja, tak ada yang berbeda sampai pagi tanggal 15 Januari 2012. Kebetulan, hari ini aku mengajak istriku berlajan lebih jauh dari biasanya. Kami berkeliling kota perlahan-lahan dan berakhir di kedai kopi biasanya, lagi-lagi dengan goreng pisang yang sama. Setelah melepas lelah, kami melanjutkan berjalan kaki pulang kerumah. Sesampai dirumah, semua tampak biasa saja, istriku menjemur pakaian yang sudah sebelumnya dicuci, sedangkan diluar terlihat abang dari istriku yang tertua sedang mencuci mobil mertuaku. Setelah selesai menjemut pakaian, ia masuk kedalam rumah.
Disinilah awal dari segala kegundahan itu. Tiba-tiba istriku mengeluh padaku, ia mengatakan sepertinya ada seperti cairan yang mengalir jatuh kekakinya. Aku yang sama sekali tidak berpengalaman dan tak berpengetahuan tentang hal-hal kewanitaan apalagi kehamilan, mulai bingung mencari apa masalahnya. Kebetulan adikku yang nomor dua seorang bidan, aku memutuskan untuk menghubungi adikku itu. Kusampaikan ceritanya padanya dengan terbata-bata.
"ja, kak nida ada cairan keluar katanya, kekmana tu?" ucapku, diujung telpon adikku balik bertanya 
"kekmana cairannya bang?", jantungku sudah tidak karuan, ku tanya pada istriku lalu 
"katanya benig, agak kental" jawab ku, dengan sigap adikku menjawab
"ketuban tu, cepat abang bawa ke praktik bidan kalau telat bisa bahaya" kata adikku.
Semakin kacau pikiranku. Kuminta istriku berkemas dan menyampaikan perkara itu ke orang tuanya. Lalu kami pergegas menuju praktik bidan.
Sesampainya di praktik bidan, istriku langsung diperiksa oleh bidan. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh bidan pada istriku 
"Perut mules?" tanya bidan
"nggak" jawab istriku
"ada tanda-tanda lainnya,misalnya seperti tertekan dibawah perut?" tanya bidan
"nggak" jawab istriku ringkas
Bidan pun membuat kesimpulan, yang kesimpulannnya membuat aku semakin tidak tenang.
"Ketubannya  sudah pecah, airnya terus mengalir keluar sedangkan ibunya tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, saya minta maaf, saya tidak dapat menangani dengan kasus yang begini. Segera bawa ke dokter spesialis kebidanan, kemungkinan disana nanti akan dirangsang jika ingin melahirkan secara normal" penjelasan singkat sang bidan, bukan membuat tenang tapi rasaya masalah ini semakin tak berujung.
Tak menunggu lama. Aku bawa istriku dan bayi yang dikandungnya menuju praktik dokter spesialis.
Sesampainya disana, dengan sigap aku papah istriku menuju ruang tunggu dan kutanyakan keberadaan dokter kepada resepsionis disana. Kamipun dipersilahkan masuk keruang periksa, namun pemeriksaan belum bisa dilakukan karena listrik padam. Hufff, semakin panjang kegundahan hati ini berharap cemas tak berkesudahan. 
Satu jam kemudian listrikpun menyala, dokter mulai memerikan dengan menggunakan USG, apalah kepanjangannya aku tak tahu, yang jelas alat itu digunakan dokter untuk melihat kondisi janin didalam rahim. Lalu dokter memintaku duduk dihadapannya dan menjelaskan kondisi istriku. Katanya bayi sejauh ini masih baik-baik saja, namun air ketubannya sudah mulai berkurang. dia bertanya padaku :
"Ibunya apa mau melahirkan secara normal?" tanya dokter, istriku yang terbaring di tempat tidur menjawab dengan cepat " iya dok, saya mau melahirkan normal".
"baik kalau begitu, apapun keputusan tetap ada resikonya", dokter melanjutkan "Sekarang saya kasi obat untuk merangsang proses kelahirannya, tapi kalau sampai besok pagi tidak lahir maka terpaksa dilakukan operasi cecar" kata dokter.
Aku menelan ludah yang sedari tadi tak sempat ku buang didalam mulut. "operasi" kata-kata ini terdengar asing dan menakutkan bagiku, apalagi bagi istriku. Air matanya menetes, dengan suaranya yang mulai serak dia berbisik 
"adek mau melahirkan normal, adek gak mau operasi" kata istriku padaku. Apa yang harus ku jawab, aku bingung, aku takut, aku hanya berusaha untuk kuat sedangkan batinku remuk. Ah, coba kukuatkan diriku, ku tatap matanya dalam-dalam sambil menganggukkan kepalaku ku katakan padanya "InsyaAllah, jangan sedih Allah bersama kita" diapun tersenyum, ini setidaknya menenangkan batinku.
Proses yang seharunya telah dijalankan oleh dokter, aturannya istriku tak boleh banyak bergerak agar prosesnya berjalan dengan baik. Disamping itu, keluarga terdekat kami mulai berdatangan. Ibu dan ayah mertua, ibu dan ayahku, abang ipar, dan lain sebagainya mendatangi praktek dokter ini untuk memberikan semangat kepada istriku. Sedangkan aku, aku duduk disebuah mushalla kecil yang ada disudut praktek dokter itu. Kudirikan shalat sunat, ku buka Al Quran, ku baca surat-surat yang jarang kubaca sebelumnya. Mulai dari maryam, sampai surat yusuf habis kubaca berulang. Sesekali kubaringkan badanku disajadah, benar-benar penantian yang panjang gumamku. Tak sadar ternyata ibuku masuk menemuiku sambil berkata
"Tunggu apalagi, gak kasihan lihat istrimu itu, minta operasi aja biar gak lama, kasian dia!" 
Hufff, padahal tadinya aku mulai tenang, mendengan kalimat dari ibu, hatiku mulai bergemuruh kembali. 
"Tak apa, kita tunggu aja dulu" jawabku pelan, sembari berharap ibu tidak tersinggung dengan sikapku.
Untuk kembali meyakinkan diriku kudatangi istriku yang sedang berbaring belum boleh bergerak. kutanyakan padanya 
"masih sanggup nunggu?" tanya ku
"insyaAllah" katanya
Baiklah, jika dia sanggup menunggu apalagi aku kataku. 
Hari menjelang sore, hampir seluruh keluarga mulai tak sabar menunggu. Maklum, sedari kedatangan mereka tak ada tanda-tanda bahwa istriku akan melahirkan. Ah, semua sudah mulai tidak tenang, apalagi aku. 
Ba'da magrib, secercah cahaya itu datang. Istriku mulai merasa sakit diperutnya meskipun tidak seberapa, ku panggili perawat yang piket untuk memeriksa. Ya, baru mulai katanya, sepertnya masih lama. 
Huff, kuhela nafas panjang..
Satu persatu keluarga mulai meminta ijin pulang, ada yang anaknya tinggal, ada urusan keluarga dan lain-lain. Sekarang tinggal kami berempat, Istriku, aku, ibuku, dan ibu mertuaku. Pukul sepuluh malam, istriku mulai sering mengeluhkan sakit, berulang kali perawat memeriksanya dan katanya ada perkembangan yang baik. Sampai akhirnya pukul 23 malam dokter meminta perawat membawa istriku keruang persalinan.
Mulai dari situ, aku tak bisa bergerak kemana-mana, istriku meronta-ronta menahan sakit yang sepertinya luar biasa, memang aku tak dapat merasakan secara langsug, namun genggaman tanggannya dipergelangan tangganku cukup membuktikan bahwa dia sedang sangat kesakitan. Bagaimana tidak, aku saja sakit apalagi dia.
Waktu terus berlalu, sudah lewat tengah malam bayi yang kami tunggu juga belum ada tanda-tanda kelahiran. Sampai jam 2 pagi barulah dokter masuk keruang persalinan, sepertinya kepala bayi sudah mulai terasa ketika diraba dokter. Istriku terus berjuang untuk melahirkan anak pertama kami, dengan nafah yang mulai melemah, dengan sisa sisa kekuatannya dia berusaha keras agar bayinya terlahir normal.
Sampai pada akhirnya, tepatnya pukul berapa aku tidak tahu, yang jelas menjelang pagi, keyakinan bahwa Allah bersama dengan kami ternyata terbukti. Tak sampai pagi hari, Alhadulillahirabbil'alamin anak pertama kami terlahir normal. Dia laki-laki, tampan, guratan wajah tampak jelas dia kuat berjuang sehingga arti ujung nama yang kami berikan padanya adalah yag kuat berusaha..
Tak terhingga rasa bahagia ini, Allah SWT memberikan anugrah yang luarbiasa kepada kami. 

Pemimpi memimpin

Dulu, nun jauh dikala dirimu masih jadi gembala ternak. Dulu, ketika dikau masih bersenda gurau dikubangan. Kau dan temanmu selalu berkhayal...